Ahli epidemiologi melakukan analisis penyebaran Zika. Pada awal Maret 2016, peneliti di National Center for Atmospheric Research menganalisis data sosioekonomi dan pola cuaca, yang disukai nyamuk Aedes aegypti. CDC memperhitungkan, virus Zika bisa menyebar lebih jauh ke utara, khususnya ke kawasan Asia dan Afrika.
Sebanyak 2,6 miliar orang di Asia dan Afrika berisiko terkena virus Zika. Penyebaran virus Zika di Asia akan merambah Tiongkok, Jepang, Australia, sebagian besar negara-negara Asia Tenggara (termasuk Indonesia) dan kepulauan Pasifik. Bahkan kasus Zika di Singapura sudah mencapai 151 kasus, dari data yang diambil 1 September 2016.
Di Indonesia ternyata kasus Zika sudah ditemukan sejak tahun 1980-an di Klaten, Jawa Tengah. Hal ini menurut Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Subandrio W. Kusumo. Berbeda dengan gejala Zika pada umumnya, kasus Zika di Klaten sampai tahun 2015 tidak menunjukkan gejala Zika seperti yang melanda Amerika Tengah dan Brasil.
Amin mengungkapkan, kasus Zika di Indonesia tidak ditemukan adanya keberkaitan mikrosefalai dan gangguan saraf. Meskipun tidak ditemukan gejala serupa seperti Zika di Amerika dan Brasil, Kementerian Kesehatan melakukan antisipasi dengan mengeluarkan Health Alert Card.
Bagi warga dari negara terjangkit virus Zika, yang berkunjung ke Indonesia, baik melalui transportasi udara, darat, dan laut harus mengisi kartu bila merasakan keluhan-keluhan, seperti panas atau demam. Kartu tersebut lantas diserahkan kepada petugas.
Selain Health Alert Card, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Oscar Primadi juga mengatakan, adanya Thermal Scanner untuk menunjukkan gejala virus Zika sehingga lebih cepat ditangani. Rujukan sampel darah dari rumah sakit yang ada di kota itu dikirim ke laboratorium Litbankes di Jakarta dan diperiksa dengan metode pemeriksaan zika.
2 dari 3 halaman
from virus zika - Google News http://ift.tt/2hY7RP5
EmoticonEmoticon