
Oleh Tuan Guru H Syafruddin Saleh Sai Gergaji
SESUNGGUHNYALAH pada penciptaan langit dan bumi
serta (pada terjadinya) peralihan malam menjadi siang hari
(sungguh-sungguh) dapat (menjadi) fenomena (sesunggguhnya pula)
kepada para al-ulil albaab (yang cerdas iman dan pintar aqal mereka)
- tentang keberadaan dan kekuasaan Allah Tabaroka wa Ta'ala
(tafsir-tarjamah puitisasi Q.S. 3, Ali Imroon: 190/IV)
Sesungguhnyalah matahari dan bulan (sebagai) dua tanda dari ke-Mahabesar-an Allaah di antara fenomena ke-Mahakuasa-an Allaah yang lelainnya. (Sungguh) jika terjadi gerhana matahari ataupun gerhana bulan, hal itu bukan tersebab kematian seseorang. Maka, jika terjadi gerhana, maka hendak-lah Anda sholat (gerhana) dan berdo'a hingga gerhana usai.
(Hadits muttafaq 'alaiyh dari Abu Bakroh rodhiya Allaahu anhu)
----
FENOMENA gerhana kerap disaksikan dengan sikap yang tak bijaksana. Acap keunikan peristiwa astronomis itu bukan untuk menginsafkan diri guna menyadari ke-Mahabesar-an dari ke-Mahakuasa-an Allaah Azza wa Jalla. Oknum ilmuwan sering hanya sibuk mendacingnya untuk menyingkapkan mengapa dan bagaimana gerhana itu terjadi. Orang-orang yang ramai berbondong ke luar rumah, cuma menyaksikannya sebagai sesuatu yang tak layak diabaikan dek bukan saban waktu peristiwa itu terjadi.
PERISTIWA langka gerhana matahari atau pun gerhana bulan yang terjadi, senantiasa hal menarik yang mengusik minat orang banyak dan kebanyakan orang untuk menyaksikannya langsung. Para ilmuwan ingin menilik kepelikan di balik kejadian yang amat menakjubkan itu. Masyarakat awam berdedai pula hendak melihatnya karena tak hendak luput dari kejadian yang menyimpang dari kelaziman alam pada hari-hari yang biasa-biasanya.
TERJADINYA gerhananya matahari tersebab posisi bulan berada di antara Bumi dan Matahari, sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya matahari. Meskipun bulan lebih kecil daripada bumi, bayangannya dapat menutupi cahaya matahari separuh atau sepenuhnya karena jarak bulan ke bumi lebih dekat (sekira 384.400 km) dibandingkan jarak matahari yang lebih jauh ke bumi (sekira149.680.000 km). Bentuk gerhana matahari ini ada empat jenis, yaitu: empat jenis yaitu:
1) gerhana total, yang terjadi pada saat puncak gerhana, yang piringan matahari tertutup sepenuhnya oleh piringan bulan yang sama besar atau lebih besar daripada piringan matahari. (Ukuran piringan Matahari dan piringan Bulan ini berubah-ubah menuruti masing-masing jarak bumi-bulan dan bumi-matahari);
2) gerhana sebagian, yang terjadi andai piringan bulan (ketika puncak gerhana) hanya menutup sebagian piringan matahari;
3) gerhana cincin, yang terjadi kalau piringan bulan (ketika puncak gerhana) hanya menutup sebagian piringan matahari yang piringan bulan lebih kecil daripada piringan matahari. Saat piringan bulan ada di depan piringan matahari, piringan matahari tidak tertutup seluruhnya oleh piringan bulan, dan yang tidak tertutup itu berada di sekeliling piringan bulan yang tampak bagai cincin yang bercahaya.
4) gerhana hibrida, yakni bergeser antara gerhana total dan cincin yang di daerah tertentu di bumi muncul sebagai gerhana total, tetapi di wilayah lain muncul berupa gerhana cincin yang terjadinya sangat jarang.
GERHANA bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi, yang posisi bumi ada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama. Sinar matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi. Jika pada gerhana matahari harus dilihat mata dengan pelindung karena dapat berikat pada netra penglihatan, namun gerhana bulan boleh disaksikan dengan maa telanjang.
GERHANA bulan total (posisi bumi antara bulan dan matahari, yang bulan di bawah bayang bumi karena cahaya matahari terhalang bumi) - sebagaimana diinformasikan oleh pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) - in syaa Allah, akan terjadi pada Rabu malam Kamis 15 Jumadil Awwal 1439 (31 Januari 2018). Istilah temberangnya, super blue blood moon, yang terjadi lantaran bertepatan dengan fenomena supermoon dan blue moon. Kejadian langka yang unik dan menarik ini dapat jelas dilihat dan diamati di Indonesia. Terjadinya diprediksi dimulai sekitar pukul 18.48 WIB untuk gerhana parsial, dan sekitar pukul 19.51 WIB hingga 21.07 WIBpuncak gerhana bulan total. Super Blue Blood Moon itu disebut langka lantaran gerhana bulan total terjadi bertepatan dengan fenomena supermoon dan blue moon.
UNIK, langka, dan sememang mengusik serta sungguhlah gesrhana itu sangat menarik. Namun, janganlah cuma sebatas itu. Peristiwa astronomis (ke-'alam-an) itu justru harus difahami untuk menyadarkan diri terhadap ke-Mahabesar-an dan ke-Mahakuasa-an Allaah Subhanahu wa Ta'ala. Diri yang menjadi bagian dari 'alam, yang manusia diamanahkan untuk mengelolanya, seyogyanya kian berazam seteguh hati segenap jiwa untuk kian tho'at-tunduk-patuh seutuhnya kepada Allaah menauladani sunnah Rosulullaah shola Allaahu 'alahi wa sallam. Gerhana tak sekadar memanakan akal dan sanubari, tetapi bermakna pula untuk meningkatkan iman menjadi taqwa.
AYAT kauniyah peristiwa gerhana itu hanya akan menggugah para ulil albaab, yakni mereka yang memiliki kecerdasan iman dan kepintaran akal. Disadari, gerhana (matahari ataupun bulan) hanya terjadi karena kepatuhan kedua-duanya kepada kehendak Allaah. Kita sebagai penghuni bumi yang sangat memerlukan cahaya matahari dan juga terbuhul pada sinar rembulan yang menyembul ke bumi, semestinya belajar meningkatkan kadar ketho'atan kepada Allah Yang Maha Zat sekuat dapat sedaya upaya.
MENAKJUBKAN peristiwa terjadinya gerhana itu, disikapi oleh Nabiy Muhammad - Rosulullaah sholla Allaahu 'alaihi wa sallam dengan mengajak dan memerintahkan para shohabatnya melaksanakan sholat gerhana (kusuuf[bulan] dan khusuuf [matahari]) hadits riwayat Bukhori, Muslim, dan Ahmad yang bersumber dari Mughiroh, Abu Bakroh, dan 'Aisyah rodhiya Allaahu 'anhuma. Juga oleh beliau diperintahkan beristighfar memohonkan ampunan kepada Allaah al'Aziz al-Ghofuur, bertakbir, berdzikir, dan bershodaqoh (hadits mutaffaqun 'alaiyh dari 'Aisyah dan dari Abu Musa rodhiya Allaahu 'anhuma).
Sabda Rosulullaah sholla Allaahu 'alaihi wa sallam:
Faa izaa roaitumuu humaa faafza'uu ilaa al-sholaah.
"Maka, jika Anda menyaksikan gerhana (bulan ataupun matahari),
bersegeralah melaksanakan sholat (gerhana itu)"
Faad'uu 'Llaaha wa kabbaruu wa shola wa tashoddaquu
"Maka, berdo'alah kepada Allaah, serta bertakbirlah,
sholaatlah, dan bershodaqohlah"
Faafza'uu ila zikrihi wa d'aa-ihi wa 'stighfaarihi
"Maka, segeralah berdo'a, berdzikir, dan beristigfar"
(memohonkan ampunan Allaah al-Ghoffaar)
KESADARAN diri dibina oleh Rosulullaah al-Mustofa dari peristiwa gerhana itu dengan sholat berjama'ah, beristighfar, berzikir, dan bertakbir mengagungkan Allaah al-'Azhiim. Lahir dan bathin digerah dengan menggugah kesadaran membangun kekuatan bersama (jama'ah) disertai dengan saling berbagi kepada sesama (shodaqoh). Gerhana tak hanya disaksikan oleh mata jasad (bashor) yang hampa makna, tetapi justru dilihat pula oleh mata bathin (bashiroh) yang sarat makna guna meneguhkan ketho'atan. Peristiwa gerhana yang bukan kejadian sederha itu menyempurnakan kemapanan iman ke tangga puncanya, yaitu taqwa. Kualitas itu tumbuh subur, menghblur dari kelindan habl min Allah (kepasrahan kepada Allah) dengan habl min al-naas (keharmonisan pergaulan sesama manusia). Semoga!
(Dari al-Qur'an, al-hadits, dan berbagi sumber)
Alhamdulillaah, Graha Senuju, Rabu, 14 Jumadil Awwal 1439 (31 Januari 2018) pukul 11:49 WIB
from Gerhana Matahari Cincin - Google News http://ift.tt/2npifBC
EmoticonEmoticon