Prof Dr dr Amin Soebandrio, SpMK, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, mengatakan secara umum, ada dua jenis virus Zika di dunia, yakni Zika yang berasal dari Afrika dan Zika yang berasal dari Asia. Karakteristik kedua penyakit ini mirip, namun pemeriksaan laboratorium menyebut dua virus ini memiliki DNA yang berbeda.
Virus Zika yang ditemukan di Brazil merupakan keturunan dari virus Zika Asia. Hanya saja, virus di Brazil merupakan virus Zika Asia yang sudah mengalami mutasi, menyebabkan infeksi Zika yang aslinya ringan akhirnya berisiko menyebabkan mikrosefali dan guillen-barre syndrome.
"Penelitian sequencing yang kami lakukan menunjukkan adanya mutasi pada virus Zika yang ditemukan di Brazil. Sehingga meskipun sama-sama keturunan Zika yang ada di Asia, hanya yang di Brazil dan sekitarnya yang berisiko menyebabkan mikrosefali. Zika yang di Asia tidak," ungkap Prof Amin, dalam acara One Health International Seminar di Indonesia Convention Exhibition, Serpong, Tangerang Selatan, Kamis (22/9/2016).
Baca juga: WHO Nyatakan Virus Zika Juga Bisa Picu Penyakit Saraf GBS
Prof Amin menjelaskan bahwa Zika yang di Brazil diduga kuat berasal dari Asia. Ia memperkirakan butuh waktu 40 tahun bagi virus Zika dari Asia untuk sampai ke Amerika Selatan.
Dalam kurun waktu 40 tahun tersebut, ia menyebut sangat mungkin terjadi mutasi genetik selama perjalanan. Sehingga ada karakteristik yang hanya dimiliki oleh virus Zika di Brazil yang tidak akan ditemukan di virus Zika di Asia, termasung Indonesia, Singapura, Malaysia atau Thailand.
Meski begitu, bukan berarti kemungkinan terjadinya mikrosefali akibat Zika tidak ada sama sekali. Prof Amin menyebut risiko itu masih ada, namun sumbernya bukan berasal dari virus Zika lokal yang ada di Indonesia.
"Disebutnya reverse migration. Jadi virus Zika yang dari Brazil, kembali lagi ke Asia. Tentu saja virusnya berbeda dengan virus Zika lokal, dan bisa saja menyebabkan meningkatnya kasus mikrosefali. Namun hingga saat ini belum ditemukan adanya virus Zika yang berasal dari Brazil di Indonesia," paparnya lagi.
Lembaga Eijkman pada November 2015 lalu merilis temuan adanya virus Zika lokal di Jambi. Virus tersebut ditemukan setelah sebagian partisipan penelitian tentang demam berdarah dengue tidak memiliki virus dengue. Setelah diperiksa di laboratorium, dipastikan partisipan tersebut mengidap Zika.
"Tapi tidak perlu panik karena Zika lokal di Indonesia gejalanya ringan, hanya nyeri-nyeri badan saja dan demam, dalam waktu kurang dari 5 hari sudah sembuh," terangnya.
Baca juga: Peneliti Sebut Virus Zika Bisa Sebabkan Gangguan Sendi Pada Bayi
(mrs/vit)
from virus zika - Google News http://ift.tt/2cHvru5
EmoticonEmoticon